Puing-puing Masjid Tua Penyebaran Islam Pertama di Sulawesi Barat Peninggalan Kerajaan Binuang

71

Awal berdirinya masjid ini sejalan dengan masuknya Islam di Sulawesi Barat, mula-mula Masjid ini hanya Suro yang Didrikan oleh Raja Sumpajo Langi pada Abad ke XV kepada Syehk Abdul Rahman Kamaluddin untuk melakukan rutinitas keagamaan sehari-hari meskipun mondar madir dari pulau salame ke binuang tetapi seiring berjalannya waktu dan langkah maju Syehk Abdul Rahman Kamaluddin menyebarkan Islam Sampai ke Balanipa, Maka salah satu murid Beliau Syekh Bil Ma’ruf membangun Masjid tepat di Lokasi Pembanguan Suro Syekh Abdul Rahman Kamaluddin.
Setelah Masjid Kerajaan Binuang telah selesai di bangun Oleh Syehk Bil Ma’ruf maka sebagian besar masyarakat Binuang pada masa itu tidak percaya kalau Masjid itu menghadap ke Kiblat karena masyarakat binuang percaya bahwa arah kiblat adalah persis sesuai dengan Arah Matahari sementara Masjid ini tidak searah mata hari malah masuk sedikit kearah utara, oleh itu Syekh Bill Ma’ruf mengambil inisiatif membuat lubang persis di depan pengimaman Masjid dan menyuruh masyarakat yang tidak percaya ini mengintip dilubang yang telah dibuatnya tadi. Serentak seluruh masyarakat yang mengintip di lubang yang di buat syekh Bil Ma’ruf bertasbih karena pada lubang itu mereka langsung melihat Ka’ba/ Baitullah, karena peristiwa ini Syehk Bil Ma’ruf bergelar “Saiyyeq Losa“.


Menurut pewaris Masjid Kerajaan Binuang Hj. Andi Andang anak Langsung Dari Raja La Mattulada yang dihubungi oleh Tim Reporter kami menjelaskan bahwa Masjid ini tinggal puing-puing di karenakan ada salah seorang yang mengaku pihak berwenang menangani peninggalan budaya bermaksud membangun ulang dengan merubuhkan seluruh Masjid tetapi sampai saat ini orang tersebut tidak mengerjakan dan tidak tahu kemana rimbanya. Lebih lanjut beliau menjelaskan ada kemungkinan kondisi Masjid ini lebih parah lagi dikarenakan tidak ada lagi atau kecil kemungkinan untuk membangun Masjid Kerajaan Binuang karena sekarang ini Kerajaan Binuang telah diakui oleh seorang opnum sebagai Raja Binuang yang Tidak ada hubungannya sama sekali dengan beliau. Saking Bersamangatnya beliau menceritakan garis keturunanya beliau bahkan memperlihatkan bukti susunan Raja-raja binuang yang dimulai dari periode Mattoanging Daeng Mangiri memerintah 1980-1987, La Magga Daeng Silasa 1878-1888, Majjalekka Daeng Patompo (Ayah La Mattulada) 1908-1918, La Paenrongi (Saudara Majjalekka Daeng Patompo) 1919-1928, La Mattulada 1828-1952 Diberhentikan dengan hormat oleh Menteri dalam Negeri Karena Kerajaan Binuang bersatu dengan NKRI. lanjut beliau menjelaskan bahwa dari seluruh Raja- Binuang yang telah berkuasa tidak ada sedikitpun hubungan keturunan dengan orang yang mengaku Raja Binuang yang bahkan telah dilantik. Mendengar penjelasan ini Tim kami sedikit kecewa tetapi kami sebagai kuli tinta yang proposional tidak boleh ikut campur dengan urusan sumber berita.

Leave A Reply

Your email address will not be published.